Kembali (kepusat kecewa)
Hari ini pulang kerja rasanya sangat melelahkan, terpaling lelah sepanjang 2025 kayanya, bukan karena beban fisik tapi kebeban mental sepertinya.
Aku sampai rumah jam 5 sore dengan mood yang buruk, lanjut makan seadanya karena sama sekali tidak nafsu. Tiba-tiba kefikiran mau telur rebus goreng (maksudnya telur yang direbus terlebih dahulu, lalu setelah matang dipotong dan digoreng dengan balur tepung sajiku. Yap memang ribet tapi aku menyukainya). Dengan keinginan tanpa tenaga, syukurnya mamaku mau membuatkannya, sungguh aku sangat bersyukur ada mama disisiku, rasanya aku tidak akan mampu melanjutkan hidup tanpa mama, bahkan disituasi kayak gini aja aku menyerah. Terimakasih ma, terimakasih Tuhan sudah memberikanku makhluk yang disebut mama ini.
Okeee.. Hal yang “berat” lagi dan lagi bertandang. Aku dan tim yang diawal tahun lalu sudah diacc untuk berhenti dari kepenguran bok (btw bok adalah salah satu sumber masalah terbesarku selama beberapa tahun belakangan ini, aku dan tim sungguh berjuang untuk bisa lepas dari jeratannya), dan setelah susah payah nego untuk lepas, ternyata 4 bulan kemudian (tanggal 8 april kemaren, persis dihari pertama bekerja setelah libur panjang lebaran) kami mendapatkan “kabar buruk” dari atasan kalau posisi bok (yang seyogyanya mengurusi masalah keuangan negara) tidak boleh dijabat oleh p3k, yang mana semua orang baru tim bok pengganti kami adalah p3k. Jadi pimpinan kami mengambil keputusan secara sepihak dengan mengembalikan kami kepengurusan semula. Aku dan icha rasanya udah mau runtuh, bahkan aku tidak bisa mendeskripsikan kecamuk emosi yang kami rasakan, rasanya kaya ingin mengutuk ‘orang-orang sekitar’ (ytta), tapi apa dan bagaimanapun besarnya amarah yang ingin kami luapkan rasanya akan menjadi sia-sia saja karena tidak akan merubah apa-apa, tidak akan berdampak apa-apa.
Aku sampai difase mempertanyakan kepada Tuhan kenapa ini harus terjadi (lagi) kepada kami, entah apa yang Kau rencanakan kedepannya untuk kami. Bahkan kata-kata kalau “Allah tidak akan memberikan beban dibahu yang salah”, rasanya tidak bisa kami terima, berkaca dari pengalaman beberapa tahun dibok, kami bisa membayangkan betapa akan sulitnya masa-masa yang dijalani (lagi) kedepannya.
Tapiiiii tak ada yang bisa kami lakukan selain menjalani, kami hanya berpasrah dan memohon pertolonganmu ya Allah, rengkuh dan jaga kami secara fisik, mental dan sosial. Jika dibayangkan dengan kemampuan manusia mungkin hanya akan terasa amat membebani dan tidak akan mampu dijalani (karena beban tupoksi yang berlapis-lapis), tapi kami kembalikan semuanya kesang maha pengatur, kami (mencoba) menerima sebaik-baiknya jalan yang sudah Engkau tetapkan.
Pass scroll instagram muncul ini, semoga bisa jadi penawar overthinking dan kecemasanku yg belakangan ini muncul kembali, Aamiin..
Comments
Post a Comment