Dedicated to my best friend, Ka Pera!
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.
Awal februari lagi-lagi dibuka dengan berita duka, belakangan ini sepertinya sering berseliweran berita duka atau kematian baik dari orang kukenal, sekedar tahu ataupun kerabat dari orang yang kukenal. Tetapi kali ini terjadinya sama teman sendiri, teman dekatku, Ka Pera. Sungguh hal yang tidak pernah aku sangka dan aku fikirkan kalau dia akan pergi secepat ini. Rasanya susah dideskripsikan, hati terasa sakit dan seperti tidak percaya akan yang telah terjadi.
Jadi malam kemaren aku merasa sulit banget tidur, padahal sudah mencoba tidur diawal waktu (jam sepuluh), tapi karena aku overthinking, terutama masalah kerjaan jadilah fikiran kemana-mana sebelum tidur, aku benci kenapa otakku selalu berfikir keras dan memplanning sesuatu ketika aku akan memasuki waktu tidur, fikiranku jauh berkembang kemana-mana. Entah sejam dua jam tiga jam empat jam aku masih belum bisa tertidur, mana besok pagi harus bangun pagi karena aku rencananya nebeng ka Isna kekantor dikarenakan badanku yang belum fit untuk berkendaraan cukup jauh. Entahlah jam berapa aku tertidur, yang pasti aku tidak bisa tidur nyenyak, beberapa kali terbangun dimalam hari, dan aku juga bangun kepagian sebelum alarm. Karena badan yang rasanya capekkk banget ditambah cuaca hujan, jadilah aku memutuskan untuk me-wa ka Isna sepagi itu untuk bilang gak jadi nebeng karena sepertinya badan aku kurang fit. Baru saja aku mengaktifkan hp ternyata banyak banget chat grup yang masuk, ku buka satu persatu dan isinya sama, mengabarkan bahwa salah satu teman kami meninggal dunia, tapi yang bikin aku terpaku adalah orang tersebut ka Pera. Ka Pera? Ya ka Pera. Salah satu kawan baikku (yang beberapa kali ada ditulisan blog ini juga). Sejenak aku linglung, rasanya tidak percaya karena minggu lalu aku masih ketemu dia, memang selama ini ka Pera juga sedang mengalami satu penyakit, tapi dia berobat, aku kira kondisinya akan pulih, dan minggu lalu saat ketemu dia masih bisa bercanda kaya biasanya. Hatiku rasanya sakit banget, kepala pusing saat membaca satu persatu isi grup, distatus wa juga ada yang mengabarkan kematiannya. Aku mau nangis tapi rasanya gak bisa nangis, aku gak tahu macam mana menjelaskannya. Aku yang tadi rencananya setelah whatsapp ka Isna mau nyambung tidur karena badan gak fit menjadi kehilangan kantuk sama sekali, aku menghubungi dan dihubungi kawan-kawan lain untuk konfirmasi apakah benar kabar ini, rasa-rasanya seperti mimpi.
Aku melayat kerumah duka (dirumah orang tuanya ka Pera) sekitaran jam setengah 10, barengan sama ka Rahmah. Lagi-lagi rasanya seperti tidak percaya, biasanya aku kerumah ka Pera atau rumah orang tuanya untuk mengerjakan tugas kerjaan dan kali ini aku kesini membacakan yasin untuk temanku yang sudah tidak ada, kata ka Isna ka Pera masih ada, dia bisa melihat kita ada disana hanya saja dia sudah beda dunia. Aku membaca Yasin didepan jenazah (aku bahkan belum terima menyebut temanku dengan sebutan jenazah), aku gak mampu untuk melihat ka Pera yang ada dibalik dinding bertirai kain, ku dengar ada suara tangisan dibalik tirai tersebut, entah mama atau kakak atau adiknya aku gak tahu siapa yang nangis, yang pasti suara isakan tersebut membuat hati aku semakin sakit. Sesekali aku menitikkan air mata saat membaca ayat demi ayat surat Yasin, masih tidak percaya kalau ka Pera sudah meninggalkan kami semua, bahkan saat aku nulis inipun aku masih belum bisa menerima rasanya. Setelah pamitan mau pulang, kami ketemu suami ka Pera didepan rumah, disitu beliau terlihat tegar, masih bisa tersenyum dan menyapa kami, aku memberanikan diri untuk bertanya ka Pera sakit apa sampai akhirnya meninggal karena minggu lalu kami masih ketemu dan Ka Pera masih terlihat cukup baik. "Tiroid" kata Ka Ipul (suami ka Pera), ya aku tahu ka Pera mengalami hipertiroid dari semenjak dia masih kerja diharuai. Kata ka Ipul lagi yang cukup parah dan kambuhan adalah tiga bulan terakhir ini, dimana gejalanya semakin sering datang, setiap pagi sering menggigil lalu minum pct, lanjut berabgkat kerja kadang menggigil lagi lalu minum pct lagi, pulang kerja juga sama kadang menggigil lagi dan minum pct lagi, disertai gejala-gejala lainnya. Dan ternyata ka Pera juga gak rutin lagi meminum obat tiroidnya karena katanya enek banget, aku bisa membayangkan seminggu minum obat saja rasanya udah mau muntah, apalagi ka Pera yang waktu itu katanya disuruh minum obat satu setengah tahun untuk pengobatan tiroidnya (ya Allah bahkan untuk membayangkannya saja aku tidak mampu). Ka Pera kemaren masih kerja katanya, tapi pas pulang kerja badannya gak enak dan minta suaminya untuk dibawa ke RS, malam-malam dibawa ke RS dan opname dan disitulah ka Pera menghembuskan nafas terakhirnya, kira-kira jam setengah dua belas malam ada yang mengirim kabarnya digrup kantor.
Aku mengenang begitu banyak pengalaman yang aku lalui dengan ka Pera, dan begitu banyak kebaikan yang diberikannya padaku. Bahkan dua minggu lalu saat aku masuk RS dan susahnya minta ampun untuk dapat kamar opname, ka Pera adalah orang yang membantuku sampai dapat kamar, padahal waktu itu dia juga sedang sakit. Bahkan diwaktu-waktu terakhirnya dia masih sempat menolong aku. Ka Pera orang baik, ya Allah semoga dia ditempatkan disisi terbaikMu, Aamiin..
Awal aku kenal ka Pera saat akhir tahun 2019, waktu itu dia pindahan dari Dinas Kesehatan ke Puskesmas Haruai karena ikut suaminya yang orang Haruai, aku yang waktu itu baru banget masuk kerja dan belum terlalu paham pekerjaan masa itu dibantu banyak oleh ka Pera, walau dia dari Dinkes tapi dia gak menggurui sama sekali, kami sama-sama belajar, sama-sama berproses. Ada banyak hal yang kami lakukan bersama karena kami ngerjain dua program sekaligus yaitu promkes dan kesling, yang mana kerjaannya lebih banyak dilapangan daripada dikantor, otomatislah aku kesana kemari sama ka Pera, dan dia orangnya juga gak banyak ngeluh, sesekali kami jua mengeluh sihh tapi tetap ngerjain kerjaannya sampai kelar :") Hal yang paling aku ingat adalah kami ada project dari kemenkes bikin sarana air minum di desa nawin yang lokasinya di RT yang cukup terisolir dari wilayah lain, disitu belum ada sumber air minum yang layak dan memudahkan untuk warga dan disitu juga gak ada listrik (karena warganya disana hanya berapa belas KK) jadi mungkin kurang dapat perhatian, disitu aku dan ka Pera bersama aparat Desa Nawin kami kerjasama untuk nyelesain project tersebut sampai akhirnya warga dapat listrik dan air bersih, dan itu prosesnya benar-benar bikin capek karena kita yang bikin kelengkapan administrasinya, kita bikin perencanaannya dan kita juga yang juga eksekusinya. Beruntungnya saat itu aku masih sama ka Pera jadi banyak banget terbantu tenaga dan fikiran. Beberapa tahun kemudian tepatnya ditahun lalu 2023, ka Pera lulus p3k dan dia pindah ke RSUD Maburai sebagai promkes disana, tentunya itu membuat kami semua sedih banget. Aku, ka Isna dan ka Agus karena kami bertahun-tahun udah bareng dan rasanya gak mau kehilangan teman, karena kami juga gak punya teman dekat selain orang-orang ini. Tapi kami tetap harus rela melepaskan teman untuk kehidupannya yang lebih baik, dan ka Pera juga pindah kerja untuk kemajuan kariernya. Kami bikin perpisahan kecil-kecilan untuk ka Pera dan ka juga ka Rahma yang juga lulus p3k ditempat lain.
Ini foto perpisahan kami saat itu dan ternyata ini juga jadi foto terakhir kami sama ka Pera, karena setelah itu kami jarang banget ketemu dan gak pernah foto bareng lagi.
Intinya aku cuma mau nulis kenangan-kenangan bareng ka Pera yang nyatanya gak mampu aku tuliskan detail karena aku gak sanggup. Nulis ini aja tangan rasaya gemetar dan detak jantung aku gak karuan. Yang pasti ka Pera adalah orang baik, sangat baik. Salah satu kutipan yang pernah aku dengar adalah "rezeki itu bukan hanya materi , termasuk teman yang baik yang diberikan oleh Tuhan", dan ka Pera adalah satu rezeki yang aku terima berupa teman baik dari Allah, terimakasih banyak ya Allah. Aku juga ingin berterimakasih banyak pada ka Pera atas segala pembelajarannya, pengalamannya dan rasa tulusnya selama kita berteman. Suatu saat mungkin kita akan kumpul lagi 'ditempat dan dimasa yang lain' dan semoga kita masih menjadi kawan baik. Dan tadi Suami ka Pera bilang kalau ka Pera sering nyeritain tentang aku, aku yang kalau makan sering gak habis, aku yang penggaringan, aku yang telalu keras kalau bekerja kadang sampai lupa diri, dan sedihnya tadi ka Ipul bilang kalau ka Pera gak bisa nyaksiin kalau nanti aku nikah, ya Allah :"(( Tapi aku merasa walaupun kita udah beda alam, ka Pera akan selalu ada disisi kami.
Semoga pian tenang disana kak.
"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kami akan kembali."
Comments
Post a Comment