Farewell, Rahmi!
Sebuah tulisan "terlambat" yang seharusnya aku tuliskan diawal tahun, mengingat momennya bertepatan dengan temanku yang resign dari kantor karena harus pindah kekantor lain untuk kemajuan karier dan hidupnya. Sekarang sudah 4 bulan yang lalu dan aku menuliskan ini bermodalkan ingatan-ingatan samar untuk mengenang dan mengucapkan rasa terimakasih kepada temanku, teman kami, Rahmi, seorang bocil yang membantu banyak pekerjaanku dikantor serta menorehkan kenangan-kenangan manis walau dalam waktu yang singkat.
*Play dulu lagu diatas untuk jadi soundtrack sembari membaca tulisan ini, wkwk
Kami menyebutkan "bocil" karena dia usianya paling muda diantara kami (dia kelahiran seangkatan adikku tahun 2000), tetapi walaupun bocil kinerjanya dalam bekerja tidaklah seperti stereotip gen Z yang lembek dan pemalas, dia lumayan rajin dan bisa diandalkan, membantu dengan tulus dan menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, tipe-tipe co-worker yang didambakan para pekerja lama lah tentunya. Walau begitu, sisi kekanak-kanakan ala gen Z masih ada lah ya tapi (tentu saja) tidak menyebalkan haha.
Flashback pertama kali aku ketemu Rahmi itu saat dia masih mahasiswa dan mengambil studi kasus tentang kesehatan lingkungan di Puskesmas Haruai. Waktu itu aku belum terlalu ngeh sama dia, sesekali hanya saling sapa dan sedikit interaksi jika ada yang ditanyakannya, dia banyak berurusan sama ka Pera yang saat itu lebih memahami masalah kesehatan lingkungan. Rasanya sedikit menyesal dan ada rasa bersalah mengapa saat itu aku tidak banyak membantu Rahmi, pun setelah magang dia masuk jadi tenaga kontrak dipuskesmas dan aku tidak terlalu banyak membantu dan membimbing dia, disamping karena bidang dia bukan sesuatu yang aku kuasai dan kala itu aku terlalu berfokus dengan pekerjaanku sehingga terlalu abai. Padahal kalau dipikir-pikir posisinya kala itu sama dengan posisiku saat pertama kali masuk kantor, clueless dan tidak ada yang membimbing, dan aku memposisiskan anak baru ini sebagaimana aku dahulu diperlakukan, kalau kamu membaca ini sungguh aku minta maaf Mi.
Untunglah saat itu dia masuk kantor sama satu rekan baru juga dikesling yang bernama Rudi, tapi namanya keduanya anak bocah gen Z, walau satu rumpun tapi gak terlalu dekat, jadi mereka kalau bengong nunggu kerjaan diruangan kerjanya cuman diem-dieman main hp doang katanya, astaga nagaa.
Seiring berjalannya waktu, entah gimana cerita mulanya kami jadi akrab (malah sangat akrab pada akhirnya). Kalau gak salah waktu itu ka Isna yang ngajakin mereka buat gabung diruangan kami dan bisa membaurkan suasana hingga jadi seru dan menyenangkan, lama-kelamaan jadi akrab satu sama lain. Aku dan Rahmi punya kesamaan yaitu kami sama-sama introvert sehingga sulit buat memulai pertemanan dengan orang baru, aku yang agak apatis dengan sekitar dan Rahmi yang sungkan mau memulai pembicaraan jadilah tidak bakal jadi apa-apa kalau tidak ada ka Isna diantara kami, dan Rudi.... entah gimana ini anak awalnya kaya kombinasi jamet dan preman yang membuat kami agak takut buat berteman (wkwkwk maaf Rud), tapi setelah kenal ternyata kepribadiannya berbeda 180 derajat karena doi adalah anak mami dan berhati helo kitty, berbagai keunikan bocil-bocil ini ternyata sangat seru dan cocok menjadi circle pertemanan dilingkungan haruai yang bar-bar ini.
Singkat cerita setelah ada mereka hari-hariku dikerjaan semakin menyenangkan (maksudnya teman-teman doang yang menyenangkan, kerjaannya mah kagak). Kerjaan makin ringan karena dibantuin sama adik-adiku, aku juga sering lambat pulang kerja walaupun kerjaan udah beres hanya untuk cerita-cerita random sama mereka. Kami sering ngumpul didalam dan luar kantor, jalan-jalan gak jelas disela-sela kerjaan (karena kalau jalan-jalan terencana susa banget terealisasi, selalu berakhir wacana), jadi paling pas saat ada kerjaan lapangan atau pas saat nganter laporan disitulah sembari kami healing-healing tipis walau sekedar cuman ngopi-ngopi atau singgah diwisata panas siang bolong, tapi rasanya tetap menyenangkan.
Hingga akhirnya 2 tahun mereka di Haruai dan pas ada pembukaan cpns, mereka memutuskan untuk mendaftar, Rudi lulus tes SKD tapi tidak masuk diSKB sementara Rahmi lulus SKD dan menjadi satu-satunya yang juga mengikuti SKB yang artinya dia otomasis lulus menjadi CPNS. Disitu kami semua mix feeling, senang dan bersyukur karena akhirnya dia mendapatkan karier yang lebih baik dan sedih karena kami akan kehilangan dia dikantor dan dipertemanan kami. Mungkin akan sulit mendapatkan teman dan rekan kerja seperti dia (lagi), Rahmi adalah orang yang sangat baik dan tulus (beneran baik tanpa tapi), menurutku dan menurut teman-teman lainnya juga. Tidak pernah kasar, tidak mengumpat selayaknya pekerja-pekerja stress haha, tidak membicarakan keburukan orang lain, selalu membantu bahkan sebelum dimintai tolong, tipe-tipe people pleasure yang akan dimanfaatkan orang lain jika dia tidak punya self control, karena itu kami wanti-wanti dia agar ditempat kerja yang baru jangan menjadi terlalu baik dan cukup kerjakan yang menjadi tupoksi kerjaannya saja.
Tak hanya kami yang sedih, Rahmi juga cukup merasa sedih ketika dia lulus CPNS di Provinsi tetangga yang lumayan jauh dari kampung halaman, dia sedih meninggalkan kedua orangtuanya, dan katanya dia juga takut tidak akan mendapatkan teman-teman seperti kami yang dia nilai sangat baik, padahal sebenarnya dialah yang sangat amat baik dan tulus sehingga dimanapun dia berada pasti akan disukai oleh orang sekitarnya. Hanya mungkin sifat tertutup dan tidak enakan-nya saja yang membuat agak sulit beradaptasi. Tapi seiring berjalannya waktu semuanya akan mengalir sesuai porosnya, aku mencoba memberinya afirmasi bahwa semuanya akan baik-baik saja walau diawal mungkin akan terasa sulit, sebagaimana pengalamanku terdahulu yang awalnya terasa sangat amat sulit tapi lama kelamaan ternyata masih sulit wkwk (tapi setidaknya sulitnya berkurang) karena dulu aku tidak tahu ilmu untuk pura-pura oon dalam bekerja, jadi Mi tanamkan prinsip untuk oon dalam bekerja, kerjakan apa yang menjadi kerjaanmu saja dan jangan terlalu baik membantu kerjaan orang lain apalagi menampilkan skill terpendammu (nasehat Ustadzah Isna Rahmaniah).
Postingan ini aku tulis 4 bulan pasca berpisah dengan Rahmi dan dia sudah mulai bekerja dikantornya yang baru, beberapa hari yang lalu kami masih chat-chatan dan Rahmi bilang kesulitan membuat SKP yang membuatnya overthinking wkwk. Semangat menjalani segala sesuatunya mi, aku yakin kamu bisa. Dan aku juga tidak sabar melihatmu menjadi "seseorang yang baru" dimasa depan, semoga kita selalu terhubung walau tentu saja tidak se-intens dulu, tapi sungguh aku tidak mau kehilangan teman baik, karena mendapatkan teman yang benar-benar teman sangatlah sulit dihidupku.
Arsip #kenanganmanis :
Comments
Post a Comment