10/365
Edited.
Sebenarnya tulisan ini kubuat pada 10 Januari, tetapi karna terjadi sesuatu hal jadilah tulisan ini diedit dan dipost kembali kurang lebih 2 minggu setelahnya (info yang gak penting, hehe).
Jadi tahun ini pada 10 Januari 2024 aku berusia 29 tahun (tahun terakhir aku berada difase twenty-an) dan tahun depan aku memasuki kepala 3 (yang mana dulu aku berfikir orang diusia 30 tahun itu sudah hidup mapan, mencapai goalsnya, menikah dan punya anak, intinya keluarga bahagia), tetapi sekarang kenyataannya aku masih jauh dari fase itu, hahaha sungguh miris.
Dengan berbagai perjalanan dan lika-liku kehidupan sudah sepatutnya aku mensyukuri kehidupanku sampai saat ini, dan mungkin karena sempat berfikir pesimis aku mendapat "teguran" dari Allah. Aku mendapatkan "hadiah" ulang tahun yang tak disangka-sangka tahun ini, yakni rawat inap (lagi) dirumah sakit karena sakit tifus. Ini adalah kali ketigaku masuk rumah sakit sepanjang hidupku, setelah dua tahun lalu aku juga masuk rumah sakit karena gerd.
Oke aku akan menceritakan sedikit kronologisnya mengingat sepertinya ini pertama kali aku sakit yang cukup parah saat ulang tahun. Waktu itu tanggal 10 Januari aku sudah mulai merasa gak enak badan karena ketularan mama yang lagi flu dan orang-orang sekitar juga lagi banyak yang sakit, tapi aku masih merasa cukup baik saat itu, pagi sampai siang aku masih kerja, dan sorenya Rizka mau datang kerumah karena dia mau belajar ngisi SKP (padahal aku udah tahu dia sekalian akan bawa kue atau semacamnya untuk ngerayain ultahku, wkwk maaf kepedan Riz, soalnya aku orangnya cukup gampang membaca situasi apalagi dimomen-momen tertentu), jadilah dia datang dan aku menjelaskan tentang tata cara pengisian SKP mengingat Rizka baru pertama kali tahu apa itu SKP, kami juga ngobrol ngalur-ngidul yang sebenarnya saat itu badanku udah mulai gak enak tapi aku coba tahan-tahan.
Kue ultah pertama tahun ini dari my bestie Rizka Astri, thankyou so much beb. Btw mamaku sempat kaget waktu ngeliat tulisan kuenya. Kata mamaku "aneh si rizka ni kenapa menulis -1 30, umurmu kan 27" terus adikku nimbrung "27 apaan, aa sudah 29 ma.." terus mamaku kaget lagi "astaga mama kira umurmu 27, astaga berarti tahun kena sudah 30 lah, ayodah lakasi kawin".. :") Begitulah kira-kira percakapan malam itu, mamaku jadi menyadari umur anaknya karena tulisan birthday cake si Rizka.
Lanjut..
Setelah habis magrib Rizka pamitan pulang dan dia ngajakin aku makan mie ayam dekat rumahku karna kelaperan jadilah kami makan dulu, disitu badan aku makin makin gak enak, aku cuma pesan mie ayam separo dan itupun masih gak habis, huhu.
Keesokan harinya aku ada pertemuan di dinas yang mana jadwalnya cukup full karena dari pagi sampai sore, dan kebetulan hari itu juga hujan seharian. Di aula pertemuan juga seharian AC nyala (mana AC nya kiri kanan depan belakang pula) disitulah badanku mulai menjadi-jadi, besoknya aku izin sakit gak masuk kantor dan infus vitamin homecare, biasanya setelah infus badan jadi enakan dan gak jadi sakit. Awal pasca infus badan emang enakan dan besoknya malah aku ngerasa sehat (infus hari jumat, sabtu badan udah mulai fit). Ttttapiii ternyata itu hanya berlangsung sementara, malam minggunya tiba-tiba aku kebangun tengah malam dengan kondisi badan yang panas banget tapi juga berasa dingin menggigil, aku coba lanjut tidur sampai pagi ternyata gak ada perubahan. Udah coba minum obat dan vitamin segala macam tapi badan tetap sakit dan demam sampai 3 hari berturut-turut, disini aku udah ngerasa ada yang gak beres. Lalu aku periksa ke RS dicek darah dan ternyata leukositnya rendah banget, tapi waktu itu pemeriksaan darahnya gak lengkap, jadilah hanya dengan tes darah seadanya tadi dokter nyaranin untuk rawat jalan aja dengan obat berbagai macam termasuk antibiotik. Disitu aku udah enek banget karena udah berhari-hari minum obat dan rasanya gak mampu nelen obat lagi, jadi aku nelpon Icha dan minta resep obat tadi dirubah dalam bentuk injeksi untuk disuntikan aja lewat infus. Berbekal resep obat dari Icha jadilah pengobatannya dirumah saja dengan injeksi obat lewat infus saja, proses awalnya dibantu sama Janah buat pasang infusnya dan Janah juga ngajarin mamaku gimana caranya aplus obat dan cara nyuntikin keinfus. Aku dan mamaku yang gak pernah ngaplus dan nyuntik obat akhirnya terpaksa bisa karena mau gak mau emang harus bisa, disini aku benar-benar salut banget sama mamaku, seorang ibu mampu melakukan dan jadi apapun demi anaknya, kami harus bangun tiap jam 12 malam untuk masukin obat dan antibiotiknya, dan mamaku yang gemeteran nyuntikin obatnya keselang infus kadang bikin was-was juga karna cukup barbar (wkwkwk lucu banget kalau diinget-inget momen itu). 3 hari berturut-turut rasanya kaya mal praktek dan demamnya akhirnya turun, tetapi apakah masalahnya selesai? Ternyata tidak. Rasa panas berganti dengan rasa dingin, badan makin gak enak. Berhari-hari berikutnya badan aku dibawah suhu normal, dipegang terasa dingin banget tapi sesekali rasa panas demamnya masih muncul kambuhan.
Sampai diakhir minggu karena ada kabar pemeriksaan BPK yang mendadak, kawan-kawan aku pada dateng kerumah untuk nyicil kerjaan yang sebelumnya sempat terbengkalai, disitu aku juga ikut bantuin walau gak bisa banyak karena badan rasanya benar-benar gak enak, aku kerja sambil berbaring dan ngeliat kerjaan yang sebegitu banyak tumpukkannya bikin badan dan fikiran makin drop. Jadi seharian itu, aku, Icha, Ka Ipus, Ka Isna, dan dibantu juga sama adingnya Icha, kami nyelesaian kerjaan semaksimal yang kami mampu (walau kerjaannya juga gak selesai karena saking banyaknya) :(((( Sepulangnya teman-teman aku badan aku malah semakin drop, mama aku juga sakit karena mungkin kecapean jagain aku selama berminggu-minggu sakit ditambah mamaku memang sakit duluan sebelum aku. Jadi malam seninnya, abah ngecek kekamar aku dan disitu kata abah badanku semakin dingin, udah dicoba diurut, dioles minyak kayu putih dll tapi gak ada pengaruhnya sama sekali. Abah langsung ngajakin kerumah sakit malam itu, disitu aku masih nolak karena ngeliat orang tuaku dah kecapean ditambah mamaku yg juga lagi sakit, aku bilang untuk nunggu sampai besok aja, kalau gak ada perubahan barulah kerumah sakit. Tapi mama abahku ngotot untuk kerumah sakit malam itu aja karena takut aku kenapa-napa. Jadilah malam itu sekitar jam 11 malam kami ke RS terdekat.
Sampai di RS ternyata IGD penuh, mungkin karena emang musim sakit, nunggu beberapa waktu akhirnya aku diperiksa, dicek darah lagi sama dokternya dan ternyata leukosit aku masih rendah, dan karena disana cek darah lengkap jadilah ketahuan kalau hasil pemeriksaan widal aku cukup tinggi, oleh dokternya aku disuruh rawat inap dan didiagnosa tifoid. Aku kira setelah itu maka masalah berakhir dan aku tinggal nunggu kamar, ternyata masalah masih berlanjut huhu.. Kamar rumah sakit katanya penuh bahkan sampai VIP, jadilah kami disarankan untuk umum kelas VVIP yang menurutku biasa RSnya udah "gak masuk akal", ditambah aku juga punya BPJS Kelas I yang dibayar tiap bulan dan bahkan tidak pernah aku gunakan saat berobat jalan, dan ketika butuh untuk rawat inap malah gak bisa dipake. Akhirnya setelah diskusi sama dokternya beliau menyarankan untuk aku dirawat inap di RSUD saja karena mungkin ada ketersediaan kamar mengingat pelayanan rumah sakit yang lebih luas dibandingkan disini. Udah deh tuh lanjutlah aku dirujuk ke RS lain kira-kira jam satu malam, setelah sampai sana ternyata dokternya agak keberatan nerima rujukan karena katanya kebiasaan banget RS yang sebelumnya rujuk-rujuk pasien seenaknya dan katanya lagi di RS ini juga penuh karena memang banyak orang sakit. Dokternya juga nyaranin untuk aku rawat jalan dari rumah saja mengingat kondisiku yang tidak terlalu parah dan masih bisa untuk gak rawat inap. Disitu aku udah mau nangiss banget, "gini amat nasib yaaa", kalau bisa perawatan dirumah ngapaian aku kerumah sakit malam-malam gini, siapa juga orang yang mau dirawat dirumah sakit kalau kondisinya tidak darurat. Mama aku udah negosiasi sama dokternya supaya aku bisa dirawat karena memang dirumah udah minum obat segala macam tapi tidak ada perubahan sama sekali. Setelah drama panjang ogah-ogahan akhirya aku diterima untuk rawat inap tapi dokternya gak bisa mastiin aku akan dapat kamar cepat atau gak karena katanya kamar yang memang penuh tadi, dan selama nunggu kamar aku terpaksa harus dirawat di IGD saja, kami meng-iyakan dengan pertimbangan walau gak dapat kamar rawat setidaknya disini masuk infus dan obat dan lebih terpantau daripada dirawat dirumah.
Sepanjang perawatan di IGD ini aku merasa kurang nyaman (as usuall) karena vibesnya yang emang "ramai" orang sakit dan terlalu banyak kebisingan, dari sakit berasa makin sakit rasanya. Malam pertama di IGD sebelum aku masuk kamar ranap, ada satu kejadian miris dialami pasien disampingku, ibu-ibu yang aku kurang tahu penyakit beliau apa (sepertinya DM karena sekilas aku mendengar ada pengecekan gula darah dan diberikan insulin), kondisi beliau cukup parah dimana sepanjang malam beliau muntah-muntah dan bolak-balik WC dengan kondisi sempoyongan, hanya dirawat bolak-balik sama anak dan suaminya, dan aku heran gak ada satu nakespun gak ada bantuin atau sekedar menanyakan keadaan beliau (beliau sudah dapat infus dan obat suntik sepertinya, tapi menurutku saat kondisi beliau macam itu seyogjanya ada "empati" dari petugas), aku kehilangan kata-kata. Entah memang begitu prosedurnya atau bagaimana aku juga kurang paham, dan aku juga sudah terlalu berat memikirkan diriku sendiri, semalaman aku di IGD dengan penuh drama (tapi aku terlalu malas untuk menjelaskannya disini), akhirnya siang aku dapat kamar rawat lebih cepat karena bantuan teman-teman, ada ka Ayu dan ka Pera yang kerja di RS ini dan membantu mencari tahu kamar kosong untuk kelas I, dan aku dipindahkan dari IGD ke kamar rawat. Alhamdulillah.
Pelayanan diruang perawatan sangat berbanding terbalik dengan IGD menurutku, nakesnya baik dan ramah, suntik obat yang teratur, selalu ngecek dan nanyain sejauh mana kondisi kita, pokoknya okelah, mungkin karena aku sudah ter"appprove" menjadi pasien dan tidak terkatung-katung lagi kali ya wkwkwk. Dan baru beberapa jam setelah dapat kamar, teman-teman kerjaan udah datang ngejenguk dan bawain kue ultah lagi ...
Sebenarnya kondisiku masih belum stabil saat teman-teman datang berkunjung, karena masih hari pertama perawatan ditambah aku baru dapat kamar setelah seharian semalaman di IGD, jadi aku tidak terlalu menikmati saat itu, tapi tetep terimakasih banyak apresiasinya dan tentunya doa-doanya. Malamnya tetangga-tetangga juga ada yang datang jenguk, mungkin ini jadi pembelajaran buatku juga kedepannya kalau menjenguk orang sakit sebaiknya diwaktu yang agak tepat ;) jujur aku orang yang tidak terlalu senang dijenguk ketika sedang sakit, apalagi ketika sedang masa "meharitnya" kalau kata orang banjar. Sebaiknya jangan datang berkunjung diawal-awal waktu atau ketika baru saja seseorang masuk rumah sakit, jangan berkunjung dijam istirahat dan jangan berkunjung dimalam hari yang sudah seharusnya memasuki jam istirahat pasien, mungkin akan agak sulit dipahami ketika seseorang belum pernah merasakan diposisi si-pasien. Dan malah ketika aku sudah beberapa hari di RS dan hampir sembuh tidak ada lagi yang berkunjung, padahal dimasa-masa itulah aku perlu teman ngobrol karena sudah cukup bosan berada dirumah sakit berhari-hari. Ya sudah lah ya, yang penting aku sembuh sudah sangat bersyukur, Alhamdulillah. Akhirnya setelah 5 hari dirawat dirumah sakit aku diperbolehkan pulang. Tentunya kondisi masih belum fit, badan aku masih lemas banget dan bahkan saat nulis ini (3 hari pasca pulang dari rumah sakit) aku belum bisa masuk kerja, tapi Alhamdulillah badan aku semakin membaik, mungkin perlu adaptasi untuk pelan-pelan kembali sehat seperti sedia kala lagi.
Pelajaran yang kuambil dari kejadian kali ini adalah..... hidup jangan terlalu muluk-muluk, dengan masih diberi umur dan kehidupan saja aku sudah harus bersyukur, gak kebayang saat sakit kemaren aku udah ngerasa hampir mati, buka medsos sempat beberapa kali ngeliat kabar orang meninggal baik yang kukenal langsung ataupun tidak bikin mental makin down, aku sangat-sangat bersyukur banget Allah masih ngasih aku sembuh untuk terus hidup :"""" Aku juga bersyukur punya orangtua yang luar biasa, selalu ada disamping aku dan memberikan yang terbaik semampu mereka, teman-teman yang peduli dan support, itu sudah lebih dari cukup dibandingkan ekspektasi-ekspektasi lainnya yang belum mampu aku wujudkan sampai ngebuat stress. Dan rawat inap kali ini menjadi istirahat "ternyaman" yang aku rasakan sepanjang tahun, dimana aku benar-benar bisa istirahat tanpa memegang laptop dan kerjaaan, biasanya liburpun masih ada yang perlu dikerjakan. Dibalik kecemasan dan ketakutan akan pemeriksaan BP* yang sedang menghantui ini, Alhamdulillah badan dan fikiran masih bisa dibawa kompromi untuk "tenang" dan tidak terlalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang buruk (mengingat kami sudah bekerja sebaik mungkin dan jujur). BTW sekarang kami masih belum tenang karena proses pemeriksaan se Kabupaten masih akan berlangsung hingga satu bulan kedepan dan selanjutnya pun pekerjaan "rumit" ini akan terus berlanjut dan berlanjut. Tapi aku belajar untuk lebih mempasrahkan semuanya kepada Allah, karena aku dengan kemampuan fikiran dan tenagaku yang sangat terbatas ini tidak akan mampu. Aku menyayangi tubuh dan jiwaku, aku akan lebih memperhatikan diriku sendiri kedepannya, tidak perlu terlalu keras bekerja untuk orang lain, dahulukan dirimu baru orang lain.
Segini dulu deh pembukaan awal tahunku yang cukup mem....bagongkan?
Semoga kedepannnya aku lebih tenang, lebih menikmati hidup, lebih merasa cukup dan apa adanya, lebih sehat tentunya, lebih bahagia, Aamiin....
Btw happy birthday ke 29 tahun Cha! I love me!




Lucu juga 2024 masih ada orang yg cerita nulis blog, hehe.
ReplyDelete